Kisah Hijrah

Kata ini berakar dari bahasa Arab yang berarti berpindah. Secara khusus, pengertian hijrah didefinisikan sebagai perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dan sebagainya dari tekanan kaum kafir Quraisy.

Selasa, 06 Desember 2022

Kisah Nabi Ibrahim AS Mencari Tuhan Hingga Perintah Kurban



KISAH HIJRAH - Memasuki musim haji dan kurban, umat muslim pasti sering mendengar kisah Nabi Ibrahim yang telah banyak memberikan pelajaran dalam hidup kita. Ia merupakan seseorang yang sangat cerdas, kritis, selalu tegar dalam ujian, dan selalu semangat untuk berjihad di jalan Allah SWT.

Seseorang itu ialah Nabi Ibrahim AS, yang telah melewati berbagai macam ujian dan tak pernah lelah untuk berdakwah. Maka sangat pantaslah ia kita sebut sebagai pahlawan, karena tak pernah menyerah untuk menyebarkan agama islam.

Kisah Nabi Ibrahim AS memiliki banyak pesan nilai moral dan kehidupan. Nabi Ibrahim AS patut untuk dijadikan panutan dalam kehidupan kita. Agar lebih mendalami pesannya, alangkah baiknya mari kita telusuri roda kehidupan Nabi Ibrahim AS.

1. Nabi Ibrahim di Masa Kecil

Apa itu Kurban atau Qurban dalam perayaan Idul Adha?

Pada zaman kerajaan yang dipimpin oleh Raja Namrud, ia mengeluarkan peraturan yang amat meresahkan masyarakatnya. Peraturannya yaitu jika ada ibu yang melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki maka wajib untuk dibunuh. Nabi Ibrahim lahir saat masa pemerintah tersebut. Agar tidak ketahuan, maka ibunda Nabi Ibrahim AS mengasingkannya ke hutan didalam sebuah goa yang mustahil dapat diketahui oleh orang-orang.

Raja Namrud memiliki sifat yang sangat angkuh, tidak ingin dikalahi, dan egois. Dengan dibuatnya peraturan tersebut bertujuan agar tidak ada laki-laki yang menggantikan dan mengalahkan dirinya dalam berkuasa. Nabi Ibrahim senantiasa dilindungi oleh Allah SWT, hingga ia menjadi seorang yang tangguh selalu selamat dari berbagai macam bahaya. Hingga suatu ketika ia dapat kembali ke masyarakat.

Ketika Nabi Ibrahim AS telah kembali ke masyarakat, ia begitu bingung akan perilaku orang-orang yang menyembah patung berhala. Hampir disepanjang perjalanannya, berbagai rumah dan bangunan selalu terdapat patung berhala untuk disembah masyarakat. Sampai ia dirumahnya, benda itu masih ditemukan, ternyata ayahnya bekerja sebagai pembuat patung.

Nabi Ibrahim merasa jera dan bingung terhadap perilaku masyarakat yang menyembah berhala. Ia pun bertanya-tanya kepada dirinya dan rasa ingin tahunya sangat besar. Di manakah Tuhan itu? Manakah yang dinamakan Tuhan?, baiknya Allah memberikan mukjizat kepadanya yaitu sebuah pemikiran yang cerdas dan kritis. Allah SWT mengutusnya sebagai penyampai keberadaanNya selama ini kelak masyarakat meninggalkan berhala yang tidak penting dan bertakwa kepadaNya .

2. Berproses Mencari Tuhan

Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan dalam surat Al-Anam ayat 76

Ia selalu bertanya dan menyelimuti isi pemikirannya. ‘Siapa sebenarnya Tuhan? Apakah Benarkah berhala itu adalah Tuhan? Atau justru Raja namrud yang berkuasa itu adalah Tuhan?’. Kemudian ia melihat bulan, bintang, dan matahari, namun apalah daya ternyata benda tersebut menghilang, bukan Tuhanku dalam pemikirannya.

Proses Nabi Ibrahim dalam Mencari Tuhan terdapat dalam ayat suci Al-Quran dalam Surat Al-An’am.

Allah SWT berfirman:


فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ ٱلَّيْلُ رَءَا كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلْءَافِلِينَ

Artinya:

“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.”

(Al-An’am 6:76)

Allah SWT berfirman:


فَلَمَّا رَءَا ٱلْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِى رَبِّى لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلضَّآلِّينَ

Artinya:

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.”

(Al-An’am 6:77)

Allah SWT berfirman:


فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّى هَٰذَآ أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ

Artinya:

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”

(Al-An’am 6:78)

Setelah itu Nabi, Ibrahim tersadar akan benda-benda berhala bukan Tuhannya sama sekali. Kemudian Allah SWT membisikan sebuah perintah kepada Nabi Ibrahim untuk mengajak orang menyembah pada Allah SWT, bukan berhala kembali. Seluruh isi jagat raya serta hukum yang berlaku didalamnya, kuat agar bukti keesaan Allah dan kebatilan perbuatan orang-orang musyrikin. Maka Nabi Ibrahim AS menyakini bahwa Tuhan hanyalah Allah SWT.

3. Menghancurkan Berhala Raja Namrud dan Menjebak di depan Pengikutnya

Dengan kecerdikannya untuk menunjukkan bahwa berhala bukan Tuhan, ia menjalankan taktik untuk menyadarkan Raja Namrud dan pengikutnya. Nabi Ibrahim menjalankan aksinya saat Raja Namrud berpergian keluar kota dengan sebagian besar pengikutnya. Ia menghancurkan semua berhala di wilayah Namrud terkecuali berhala yang paling besar.

Saat Raja Namrud tiba diwilayahnya bersama sebagian besar pengikutnya ia sungguh terkejut dan marah besar. Lantas ia mencari siapakah dalang dari kerusakan berhala-berhalanya. Namun salah satu pengikutnya yang tidak mengikuti perjalanan keluar kota melihat aksi Nabi Ibrahim. Sehingga ia memberitahu kepada Raja Namrud bahwa Nabi Ibrahim pelaku kerusakan berhala tersebut. Tak segan-segan dengan rasa marahnya ia meminta Nabi Ibrahim untuk menghadapnya.

Pada saat Nabi Ibrahim menghadap ke Raja Namrud, terjadilah percakapan sehingga membuat pengikut Raja Namrud menjadi tersadar dan berpikir jernih. Percakapannya adalah sebagai berikut:

Raja Namrud : “Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala ini?”

Nabi Ibrahim : “Bukan!”

Raja Namrud : “Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau berada di sini saat kami pergi dan bukankah engkau membenci berhala-berhala ini?”

Nabi Ibrahim : “Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, berhala besar itulah yang menghancurkannya, bukankah kampaknya masih berada di lehernya?”

Raja Namrud: “Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam itu!”.

Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim berkata,

Nabi Ibrahim: “Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa?”

Begitu pintar dan cerdiknya Nabi Ibrahim menjawab segala pertanyaan dari Raja Namrud sembari menunjukkannya kepada sebagian besar pengikutnya. Mereka akhirnya tersadar bahwa Tuhan yang selama ini mereka sembah tidak dapat bergerak, melihat, hanya diam semata. Raja Namrud semakin murka dan tidak terima atas kejadian tersebut.

4. Nabi Ibrahim AS di Bakar Hidup-Hidup

Mukjizat Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api

Karena begitu kesal dan dendamnya Raja Namrud kepada Nabi Ibrahim AS, ia memerintahkan tentaranya untuk menghukum mati Nabi Ibrahim. Api berkorbar sangat besar dan panas dengan kayu sebagai bahan bakarnya. Alhamdulillah Allah SWT selalu menunjukkan kuasa-Nya, Ia belum menghendaki Nabi Ibrahim kalah dan mati dari musyriknya Raja Namrud.

Raja Namrud dan para pengikutnya telah tertawa saat melihat aksi pembakaran tersebut dan merasa sangat lega dan puas. Namun, begitu terkejutnya mereka, seketika kobaran api yang besar itu padam. Seketika Nabi Ibrahim AS keluar dari puing-puing pembakaran dan selamat tanpa ada luka sedikit pun. Semenjak itu, pengikut Raja Namrud berbondong-bondong menjadi umat Nabi Ibrahim AS untuk mentaati dan semangat berjalan lurus kepada Allah SWT

5. Nabi Ibrahim AS Menyembelih Putranya

Asal Mula Kurban atau Qurban Idul Adha

Semasa hidupnya Nabi Ibrahim dikarunia anak-anak yang sangat sholeh dan diutus oleh Allah SWT untuk menjadi Nabi. Suatu ketika Nabi Ibrahim mendapatkan suatu mimpi, dan ia berkata kepada putranya yaitu Ismail:

“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.”

Perlu dipahami bahwa mimpi para Nabi itu wahyu yang mesti dipenuhi. Dalam hadits mawquf –hanya sampai pada perkataan sahabat Ibnu ‘Abbas- disebutkan,


رُؤْيَا الأَنْبِيَاءِ فِي المنَامِ وَحْيٌ

Artinya:

“Penglihatan para nabi dalam mimpi itu wahyu.”

(HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2: 431. Hadits ini kalau dikatakan marfu’ –sabda Nabi- itu dha’if. Yang benar, hanyalah perkataan sahabat atau hadits mawquf. Lihat tahqiq Tafsir Ibnu Katsir, 6: 386 oleh Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini hafizhahullah)

Nabi Ismail AS pun bersabar dan mengharapkan ridho, pahala dengan menjalankan perintah Allah sebagai wujud berbakti kepada kedua orang tuanya. Kesabaran tersebut dikaitkan dengan kehendak Allah karena memang tanpa kehendak Allah, kesabaran tersebut tak akan dapat dicapai. Nabi Ibrahim meyakini bahwa hal tersebut merupakan ujian dari Allah SWT dan wujud cinta-Nya kepadanya. Allah menguji Nabi Ibrahim lewat anak yang benar-benar ia cintai, diperintahkan untuk disembelih.

Ketika Nabi Ibrahim akan menyembelih putranya sambil memandang wajah Nabi Ismail, Allah menunjukkan kembali kuasaNya. Seketika Allah SWT menggantikan puteranya dengan domba besar sebagai tebusan. Maka Nabi Ibrahim tidak menyembeli puteranya, melainkan menyembelih seekor domba. Itulah balasan dari Allah SWT bagi orang yang beriman, ihsan dalam beribadah, yang selalu mengedepankan ridho Allah ketimbang syahwat semata.

Hikmah Kisah Nabi Ibrahim

Begitu banyak hikmah yang kita dapatkan dari lima kisah Nabi Ibrahim AS. Sebagai manusia kita harus menjadikan Nabi Ibrahim sebagai role model daalam kehidupan kita. Hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik yaitu dapat disingkat HISTI yaitu:

Husnudzon: Selalu yakin dan berprasangka baik kepada Allah SWT, bahwa ia telah merencanakan yang terbaik bagi umatnya

Ihsan: Selalu menyembah Allah SWT tanpa kenal lelah.

Sabar: Selalu bersabar atas segala ujian dan yakinlah bahwa ujian merupakan wujud cinta-Nya Allah SWT kepada hambaNya. Allah tidak pernah menguji hambaNya diluar batas kemampuan hambaNya.

Tawakkal: Senantiasa berserah diri kepada Allah SWT setelah sudah berusaha melakukan setiap urusan atau ujian.

Ikhtiar: Selalu berusaha dan tidak pernah menyerah dalam situasi buruk atau sulit.

Jadilah muslim yang dapat mengimplementasikan kisah Nabi Ibrahim AS yang merupakan kekasih Allah SWT, memahami kisahnya dan melakukan HISTI. Adapun HISTI (Husnudzon, Ihsan, Sabar, Tawakkal, dan Ikhtiar) semoga senantiasa diriasi oleh keberkahan dari Allah SWT. Mari jadikan bulan Dzulhijjah dan Idul Adha sebagai pijakan untuk menjadi muslim yang lebih baik dan pantang menyerah.

Kisah Nabi Nuh 500 Tahun Berdakwah dan Doa Hujan



KISAH HIJRAH - Cuaca buruk sebagai pemicu banjir bandang mengingatkan kita pada rangkuman kisah Nabi Nuh AS dengan kapal besar yang mampu mengarungi derasnya banjir. Menurut para ulama, banjir bandang pertama dan terdahsyat di dunia tersebut terjadi selama 5-6 bulan.

Apabila Allah telah berkehendak, maka terjadilah. Sebelum banjir dahsyat terjadi, Nabi Nuh membuat kapal sangat besar yang dapat menampung manusia dan hewan berpasang-pasangan. Inilah ringkasan kisah Nabi Nuh sebagai pelajaran untuk kita semua untuk tidak menyepelekan banjir beserta doa hujan yang baik.

Berdasarkan sejarah Islam, Nabi Nuh merupakan nabi ketiga setelah Nabi Adam AS dan Nabi Idris AS.Namanya berasal dari bahasa Syria yang memiliki arti bersyukur. Nabi Nuh mrupakan hamba Allah yang selalu bersyukur. Hal tersebut tercatat di dalam surat Al-Isra Ayat 3:

“[Yaitu] anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba [Allah] yang banyak bersyukur,” (Al-Isra:3)

Nabi Nuh juga merupakan Rasul Ulul Azmi, yaitu sebutan untuk Rasul dengan ketabahan dan keteguhan hati yang luar biasa. Pada Surat Al-Ankabut ayat 14, Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, akan tetapi menurut riwayat jumlah pengikut Nabi Nuh tidak lebih dari 80 orang yang terdiri dari orang-orang miskin dan lemah.

Berbagai cara beliau tempuh agar umat Bani Rasib meninggalkan maksiat, tidak menyembah berhala lagi, dan berbuat kebaikan. Akan tetapi, umat tersebut terkenal akan sifat keras kepala dan tidak mau mendengarkan nasihat Nabi Nuh.

Mereka bahkan menantangnya untuk menurunkan azab saking tidak percaya bahwa Nabi Nuh merupakan rasul utusan Allah. Kisah pertentangan Bani Rasib ditulis di dalam Al-Quran surat Hud ayat 32:

“Mereka berkata ‘Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar’.” (Hud:32)

Berbagai celaan dilontarkan kepadanya setiap kali berdakwah. Hingga akhirnya, Nabi Nuh berdoa agar Allah memberi hukuman kepada orang kafir yang tidak mau mengikuti perintah Allah. Maka, Allah perintahkan Nabi Nuh untuk membuat kapal besar yang dapat mengangkut orang beriman dan sepasang hewan, sementara orang kafir akan ditenggelamkan.

Antisipasi Banjir Bandang dengan Membuat Kapal

Nabi Nuh mengumpulkan pengikutnya dan bergotong royong membuat kapal. Orang kafir meledek Nuh gila karena membuat kapal di tengah gurun gersang. Mereka tidak percaya bahwa kekuasaan Allah dapat menghancurkan tanah mereka.

Pembuatan kapal Nabi Nuh ibarat sedia payung sebelum hujan, jika sudah hujan maka berdoa. Bahtera 3 lantai dengan panjang 200 meter, lebar 70 meter, dan tinggi 25 meter pun jadi, lalu Allah mulai tunjukkan tanda-tanda banjir besar akan datang dengan bencana kekeringan. Banyak ternak dan hewan mati karena tidak tahan panas.

Suatu hari, hujan turun sangat deras disertai badai hingga meluluhlantakkan tempat Nabi Nuh berada. Ia menyuruh pengikutnya untuk segera naik ke kapal dengan membawa hewan ternak dan perbekalan. Nabi Nuh telah memperkirakan bahwa musibah ini akan berlangsung lama. Perlahan, air bah mulai menggenangi daratan.

Kan’an, Putra Nabi Nuh yang Tenggelam

Kapal pun melaju di atas daratan yang telah digenangi air bah. Di tengah perjalanan, Nabi Nuh melihat anaknya, Kan’an sedang berusaha menghindari banjir dengan naik ke gunung. Kasih sayang orang tua memang tiada batasnya, ia memanggil Kan’an tiga kali untuk bergabung bersama dirinya di atas kapal.

Akan tetapi, putranya membangkang. Ia yakin bisa selamat jika mengungsi ke atas gunung, padahal Nabi Nuh sebagai ayah telah mengingatkan bahwa tidak akan ada yang selamat dari hukuman Allah kecuali naik ke atas kapal.

“Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal,”  Asy-Syu’ara:119-120.

Tidak ada orang tua di dunia yang ingin anaknya celaka, begitu pula Nabi Nuh. Nabi Nuh  menyadari bahwa anaknya membangkang layaknya orang kafir yang selalu tidak percaya seruannya. Ia memohon ampunan kepada Allah dan mengikhlaskan Kan’an meninggal bersama orang-orang kafir.

Nabi Nuh memiliki 4 anak laki-laki, yaitu Kan’an, Sem, Ham, dan Yafet. Menurut riwayat, keluarga yang selamat dari air bah terbesar di Bumi ialah istrinya, ketiga anaknya, dan ketiga menantunya.

سَآوِي إِلى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْماءِ قالَ لَا عاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah. Nuh berkata, “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Hud: 43)

Saking besarnya banjir, kapal terus melaju ke arah utara selama berbulan-bulan. Perjalanan tanpa tujuan tersebut layaknya terombang-ambing di lautan. Nabi Nuh memohon pertolongan kepada Allah agar diberikan keselamatan. Allah mengabulkan doa tersebut.

Kapal Menepi di Pegunungan Arafat Pada 10 Muharram

Setelah banjir surut, kapal Nabi Nuh menepi di Pegunungan Arafat tepat pada 10 Muharram. Allah perintahkan Nabi Nuh dan pengikutnya untuk turun dan memulai peradaban baru. Sebagai tanda syukur atas nikmat keselamatan, Nabi Nuh memerintahan pengikutnya untuk berpuasa Asyura.

Hikmah Kisah Banjir Bandang di Zaman Nabi Nuh

Rangkuman Kisah Nabi Nuh bukan hanya menarik dari sisi religi, melainkan juga ilmuwan yang meneliti banjir besar pertama di muka Bumi. Dari kisah ini, hendaknya kita belajar bahwa musibah bukan hanya terjadi karena alam murka, tetapi ada kehendak Allah karena manusia gemar lupa dan merusak ketika diberi nikmat dan semena-mena.

Kita juga belajar bahwa istilah sedia payung sebelum hujan benar adanya. Ketika BMKG telah memprediksi curah hujan atau arah angin, hendaknya kita bersiap saat masih musim kemarau untuk menimalisir dampak banjir yang semakin parah. Lalu, saat terjadi hujan, maka tugas kita berdoa supaya mendatangkan manfaat.

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ 

Artinya:

“Ya Allah turunkan hujan ini di sekitar kami jangan di atas kami. Ya Allah curahkanlah hujan ini di atas bukit-bukit, di hutan-hutan lebat, di gunung-gunung kecil, di lembah-lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR Bukhari Muslim).

Kisah-Kisah Teladan Nabi Ulul Azmi



KISAH HIJRAH - Di antara semua Nabi dan Rasul Allah terdapat lima Rasul yang memiliki kelebihan istimewa yang disebut ulul azmi. Di artikel ini akan memaparkan kisah-kisah Nabi Ulul Azmi tersebut.

Manusia sebagai khalifah di bumi bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Dalam melakukan amal perbuatan, manusia tentu membutuhkan sosok-sosok yang mampu dijadikan teladan. Allah memberikan keteladanan kepada manusia-manusia pilihan yang disebut sebagai nabi dan rasul. Tentu semua nabi dan rasul Allah mencontohkan  keteladanan, lebih-lebih dalam bersabar.

Sebelum membahas kisah teladan Nabi Ulul Azmi, perlu terlebih dahulu mengetahui makna kata nabi, rasul dan ulul azmi. Menurut Al-Alusi, dalam tafsirnya Ruh al-Ma’ani mengatakan bahwa nabi adalah seorang yang menerima wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri dan rasul wajib menyampaikan wahyu tersebut.

Sedangkan menurut Az-Zamakhsyari dalam tafsirnya al-Kasyaf, nabi merupakan seorang yang diutus Allah untuk menyeru kepada manusia supaya mengikuti syariah yang terdahulu dan rasul memiliki kitab dan syariah tersendiri. Dari pengertian tersebut, rasul memiliki tanggung jawab yang lebih dari pada nabi.

Kata ulul azmi secara bahasa yaitu pemilik keteguhan hati.  Menurut al-Thabary istilah ini bermakna  nabi-nabi yang mempunyai kesabaran dan keuletan dalam menghadapi berbagai cobaan ketika menyampaikan amr ma’ruf nahi munkar. Mereka yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad.  Berikut adalah kisah-kisah teladan nabi ulul azmi;

1. Nabi Nuh 

Ibnu Katsir menulis kisah-kisah nabi dalam kitabnya Qishashul Anbiya. Ia menyebut bahwa Nabi Nuh diutus kepada kaum Bani Rasib. Kaum ini termasuk kaum yang sulit diajak menyembah Allah. Mereka menyembah patung atau berhala. Nabi Nuh disebutkan memiliki umur 980 tahun dan 500 tahunnya digunakan untuk berdakwah. Sayangnya hanya sedikit kaumnya yang mau mengikuti. Anaknya Kan’an dan istrinya Wali’ah pun turut membangkang. Hingga suatu ketika Nabi Nuh diutus untuk membuat kapal, sebagai tempat penyelamatan.

Ketika membuat kapal, Nabi Nuh masih dicaci bahkan dianggap gila karena tidak mungkin ada banjir besar. Akhirnya, Nabi Nuh yang telah menahan kesabaran itu pun berdoa agar melenyapkan kaumnya. Doa itu terkabul dan seluruh kaumnya hanyut binasa ditelan banjir, termasuk anak istrinya.

2. Nabi Ibrahim

Ada kisah-kisah keteladanan Nabi Ibrahim dalam menjalani amr ma’ruf nahi munkar. Pertama saat mengajak kaumnya meninggalkan berhala dan meminta menyembah Allah Swt. Nabi Ibrahim menyampaikan bahasa yang santun, meskipun juga Sang ayah tidak mau mengikutinya.

Kedua, kesabaran saat mendapat perintah menyembelih anak kesayangannya, Nabi Ismail. Ia begitu patuh dan akhirnya diganti dengan domba dari surga. Ketiga keteladanan saat dibakar oleh Raja Namrud. Nabi Ibrahim dengan kesabaranya mampu bertahan di tengah kobaran api, dan api itu pun terasa dingin.

3. Nabi Musa

Kisah keteladanan Nabi Musa berawal dari saat masih lahir di era kepemimpinan Raja Firaun yang kejam. Atas dasar ramalan bahwa akan lahir bayi laki-laki yang kelak akan menumbangkan Sang Raja, Firaun menyuruh untuk membinasakan bayi laki-laki yang lahir saat itu. Ibu Musa, Yukabad tidak ingin bayinya dibunuh, sehingga ia menghanyutkannya di sungai Nil.

Kemudian Musa ditemukan oleh keluarga Firaun. Bahkan atas permintaan  istrinya, Firaun mencari wanita untuk menyusui anak temuan itu.  Allah menyelematkan anak itu dan kembali di persusuan Yukabad.

Musa kemudian tumbuh cerdas dan tekun berdakwah. Ia selalu berhadapan dengan para penyihir istana dan selalu ada mu’jizat yang menyertainya. Hingga akhir dari perjuangan Nabi Musa adalah menyebrang di laut merah. Dan pasukan Firaun binasa.

4. Nabi Isa

Kelahiran Nabi Isa mengajarkan bahwa jika Allah berkehendak, maka tidak ada yang tidak mungkin. Kisah-kisah ketedalanan Nabi Isa bermula saat lahir dari seorang yang masih suci bernama Maryam. Maryam yang penuh kesabaran dan keikhlasan merawat Nabi Isa dimudahkan Allah atas segala perlakuan masyarakat kepadanya.

Hingga muncul berbagai kemukjizatan dan berhasil merawat Nabi Isa hingga dewasa. Kemudian Nabi Isa diangkat menjadi Nabi pada umur 30 tahun kepada Bani Israil. Namun cobaan terus berdatangan. Saat itu ada salah satu pengikutnya yang berkhianat, namanya Yahuza. Sewaktu Nabi Isa bersembunyi dari serangan musuh, Yahuza melaporkan tempat tersebut dan berbalik menyerang Nabi Isa.

Akhirnya ketika Nabi Isa hendak ditangkap dan disalib oleh pasukan musuh, wajah Yahuza berubah mirip dengan Nabi Isa dan terbunuh di persaliban.

5. Nabi Muhammad

Cerita keteladanan Nabi Muhammad sangatlah banyak. Karena perilakunya merupakan perilaku yang agung, seperti ayat wa innaka la’ala khuluqin adhim.  Salah satu kisahnya yang penuh kesabaran yaitu saat bersama nenek pembenci Muhammad.

Suatu ketika nenek yang penuh dengan kepayahan dan lemah karena memikul beban berat, dibantu oleh Nabi Muhammad. Nenek itu pun senang hati menyambutnya. Namun, sepanjang perjalanan sang Nenek itu selalu memeperingati pemuda yang membantunya, agar menjauhi sosok yang bernama Muhammad.

Nabi Muhammad terus mendengarkan ocehan Nenek itu dan tidak marah. Hingga akhirnya di penghujung jalan, Sang Nenek menanyakan nama pemuda yang membantunya itu. Ia pun menjawab ‘’Muhammad’’. Akhirnya Nenek itu masuk agama Islam.

Di atas tadi contoh kisah-kisah keteladanan Nabi Ulul Azmi yang penuh kesabaran. Semoga kita semua bisa meneladani kesabaran dan kebaikannya dengan tindakan nyata, seperti berzakat, infak, sedekah, atau wakaf.

5 Kisah Perjuangan Hijrah Sang Inspirator Rasulullah Saw



KISAH HIJRAH - Hijrah mengandung arti meninggalkan suatu perbuatan, perpindahan atau meninggalkan suatu daerah menuju ke daerah lain. Hijrah Rasulullah memiliki banyak nilai kehidupan karena kegigihan Rasulullah yang luar biasa dalam menyebarkan agama islam.

Dalam melabuhi bahtera kehidupan untuk terjalinnya kebaikan di dunia dan akhirat haruslah menjadi umat muslim yang senantiasa memancarkan kebaikan. Berhijrah merupakan kewajiban umat muslim untuk selalu memacu hidupnya menuju jalan lurus yang penuh kebaikan.

Maka pentingnya hijrah dalam menemani langkah roda kehidupan untuk selalu menjadi muslim yang terus berlomba dalam berbuat kebaikan. Hijrah Nabi Muhammad SAW dilakukan pada tahun 622 M dari Makkah menuju Madinah dan terdapat kisah menakjubkan. Rasulullah mendapatkan tantangan dan ancaman besar dari kaum kafir, namun Beliau tidak mudah untuk tergoyahkan semangat dakwahnya.

Mari kita maknai pintalan perjuangan Hijrah Rasulullah sang inspirator umat muslim melalui 5 rangkaian yang penuh pengorbanan dan ketulusan.

1. Tantangan Intimidasi Kaum Quraisy

Nabi Muhammad SAW telah berdakwah di Mekkah menyebarkan agama islam untuk menunjukkan jalan lurus. Awalnya Rasulullah SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi kemudian Syiar Islam dilakukan secara terang-terangan.

Karena semakin meluasnya ajaran Rasulullah, kaum kafir Quraisy semakin geram dan jenuh akan banyaknya pengikut Rasulullah. Maka dengan segala kemampuannya kaum kafir tersebut menghalalkan segala cara untuk merusak dakwah Rasulullah SAW.

Kaum Quraisy senantiasa mengancam dan mengintimidasi Rasulullah SAW. Terlebih ancaman semakin menghantui disaat hari duka Nabi Muhammad SAW. Beliau ditinggalkan oleh istinya Siti Khadijah, paman Nabi (Abu Thalib) wafat dan mereka berdua merupakan pembela dan motivator Rasulullah. Hal tersebut merupakan tahun duka cita bagi Rasulullah SAW.

Setelah melewati hari duka cita Allah SWT memberikan peristiwa yang luar biasa kepada Rasulullah SAW. Yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj dimana Allah memerintahkan kelak hamba-hambaNya untuk melaksanakan sholat 5 waktu. Mendapatkan amanah dari Allah membuat Nabi melanjutkan dakwahnya di Mekkah, lantas kaum Quraisy semakin geram dan semakin bertindak jahat kepada Beliau. Mereka tak segan-segan menuduh bahwa Rasulullah SAW telah berbohong atas peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut, berbagai desakan semakin beragam menggagalkan dakwah Rasulullah

2. Kedatangan Sejumlah Orang dari Madinah

Disaat gencar-gencarnya kaum kafir Quraisy menghancurkan dakwah Rasulullah SAW, datanglah sejumlah orang dari Madinah dan menemui Nabi. Mereka menemui Rasulullah SAW di bukit Aqaba, dan mereka memeluk agama islam, peristiwa tersebut dikenal dengan Bai’at Aqaba I.

Beberapa tahun kemudian datang kembali yaitu Suku Aus dan Khazraj dari Madinah menuju Mekkah untuk naik haji. Mereka menemui Rasulullah dan mengajaknya agar berhijrah ke Madinah.

Suku Aus dan Khazraj memiliki niat baik dengan menemui Rasulullah yakni mereka siap untuk membela dan melindungi Nabi serta pengikutnya. Peristiwa berikut dikenal dengan Bai’at Aqaba II, betapa mulianya dan sayangnya mereka kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan siap siaga mereka melindungi Rasulullah dari ancaman apapun baik dari kaum kafir Quraisy atau kafir lainnya.

Dengan kejahatannya kaum kafir Quraisy memboikot Nabi Muhammad dan para pengikutnya dengan mereka melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pengikut Rasulullah. Mereka juga dilarang untuk menikah dengan kaum muslimin, bergaul, dan disuruh untuk mendukung memusuhi Nabi.

Hal tersebut membuat kondisi kaum muslimin di Mekkah semakin terdesak, atas izin Allah Nabi Muhammad memutuskan untuk berhijrah ke Madinah. Dengan segala upaya untuk menyelamatkan kaum muslimin, mereka pun berhijrah secara sembunyi agar tidak diketahui oleh kaum kafir Quraisy.

3. Rasulullah Terlindungi dari Kepungan Kaum Quraisy

Disaat memulai perjalanan Hijrah Rasulullah menuju Madinah, kaum kafir Quraisy berniat mencelakai Beliau dengan membunuhnya. Memasuki malam harinya ternyata kaum kafir Quraisy telah mengepung rumah Rasulullah. Beliau mengarahkan Ali Bin Abi Thalib untuk mengenakan jubahnya dan berbaring ditempat tidurnya. Hal tersebut untuk menjebak kaum kafir Quraisy

Seketika kaum kafir Quraisy mengintip ke kamar Rasulullah SAW dan melihat terdapat seseorang yang sedang tidur. Mereka mengira seseorang itu adalah Rasulullah SAW, padahal kenyataanya yang berbaring adalah Rasulullah SAW. Saat mereka mengepung dan masuk ke dalam rumah, seketika terkejut ternyata Nabi telah pergi. Begitu pintarnya Nabi Muhammad SAW dalam taktik untuk menyelamatkan dan berjuang di jalan dakwahnya.

4. Peristiwa Menakjubkan di Gua Tsur

Kaum kafir Quraisy karena telah mengetahui tidak adanya Rasulullah SAW di rumah setelah mereka mengepungnya, maka mereka menutup semua jalur Madinah. Karena hal tersebut Nabi dan pengikutnya menggunakan jalan lainnya yang jarang dilewati oleh penduduk sekitar. Kemudian mereka menemukan suatu Gua dan tinggal disana yang bernama Gua Tsur. Mereka tinggal di Gua Tsur kurang lebih selama tiga hari sebagai tempat perlindungan.

Atas segala kekuasaan dan perlindungan Allah SWT, Rasulullah SAW bersama para pengikutnya aman di dalam Gua Tsur. Padahal gua tersebut sungguh sempit dan jarang untuk ditempati manusia. Disaat itu kaum kafir Quraisy selalu mencari Rasulullah kesana kemari untuk mencelakai perjalanan Hijrahnya menuju Madinah.

Ternyata Kaum Quraisy pernah mencari Rasulullah di Gua Tsur, bahkan pimpinan mereka hendak masuk ke tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar. Namun suatu hal menghalangi mereka untuk masuk, ternyata Allah SWT memberikan keajabiban dan perlindungan kepada Rasulullah SAW. Kaum Quraisy melihat banyaknya sarang laba-laba di mulut gua dan banyaknya burung liar, sehingga mereka meyakini tidak akan ada seseorang.

Rasulullah berada di gua selama tiga malam dan keluar pada tanggal 1 Rabi’ul Awwal tahun pertama Hijriyah 622 M. Nabi dan Abu Bakar, ditemani Amir bin Fuhairah, beserta seorang penunjuk jalan, Abdullah bin Uraiqith, keluar dari gua. Mereka melajutkan kembali untuk berangkat menuju Madinah.

5. Sukacita Perjalanan Rasulullah menuju Madinah

Perlindungan di Gua Tsur membuktikan bahwa Allah SWT akan senantiasa melindungi seseorang yang berjuang untuk berdakwah kebaikan. Nabi Muhammad melanjutkan perjalanan kembali menuju Madinah. Rasulullah menaiki unta, yang dalam kitab tarikh disebut dengan nama “ Al-Qushwa”. Selama tujuh hari tujuh malam mereka berjalan menuju Madinah, melewati gurun pasir yang gersang tanpa kenal lelah letih untuk keselamatan umat.

Pada Rabiul Awwal di tanggal 8, Rasulullah dan pengikutnya sampai di Quba. Mereka disambut dengan hangat penuh sukacita oleh kaum muslimin di sana. Sekitar satu kilo­meter dari Quba, Rasulullah bersama umat Islam lainnya melaksanakan salat Jumat di tempat Bani Salim bin Auf. Dengan mem­peringati peristiwa itu, dibangunlah “ Masjid Jumat” di lokasi tersebut.

Rasulullah pun kembali melanjutkan perjalanan pada hari itu juga. Mereka akhirnya tiba di Madinah pada hari Jumat, 12 Rabi’ul Awwal atau tahun 13 Kenabian. Hangatnya sambutan penuh suka cita diiringi isak tangis penuh haru dan kerinduan menyeruak di Madinah. Kehadiran Rasulullah membuat hati umat di Madinah sungguh bahagia dan bersyukur atas hadirnya sosok yang sangat menginspirasi dan teladan.

Itulah kisah Hijrah Rasulullah yang amat menginspirasi manusia bahwasannya untuk tetap teguh dan tegar dalam menghadapi cobaan seberat apapun. Meyakini bahwa pertolongan Allah SWT akan senantiasa menghampiri diiringi akan kuatnya iman dan takwa untuk mendapatkan ridho-Nya.

Marilah menjadi umat muslim dengan memintal rangkaian hijrah dalam merajut cita dan asa kehidupan. Jadilah muslim yang produktif dengan gemar berdakwah dan bersedekah untuk menyampaikan pancaran kebaikan

Kisah Hijrah Muhajir Ummu Qais



KISAH HIJRAH - Pada periode perpindahan dari Mekkah ke Madinah, terekam kisah seorang pemuda hijrah. Lelaki itu dikenal dengan sebutan Muhajir Ummu Qais. Namanya terabadikan karena konon menjadi penyebab Nabi menyabdakan hadis tentang niat. Innama al-a’malu bi al-niyyah adalah hadis yang sangat agung karena niat merupakan pendulum penentu dari nasib suatu amal perbuatan. Hal ini menunjukkan pentingnya kedudukan niat.

Kisah pemuda tadi bermula dari lamarannya yang ditolak oleh Ummu Qais—wanita yang digandrunginya. Perempuan Mekkah itu memilih mengikuti instruksi Nabi untuk berhijrah ke Madinah, meskipun meninggalkan kampung halaman bukan hal yang mudah. Menjelang keberangkatan, datang pemuda itu melamarnya. Namun, Ummu Qais lebih mengutamakan tekadnya untuk hijrah mengikuti himbauan Nabi ketimbang menikah.

Lelaki itu memutuskan untuk turut serta hijrah demi mengejar sang wanita. Jarak ratusan kilo bukan perkara, agar cintanya pada Ummu Qais tak karam hanya karena jarak. Sejak saat itu pemuda hijrah ini dijuluki Muhajir Ummu Qais. Sebab hijrahnya dilakukan untuk menikahi seorang wanita. Diceritakan, bahwa ia pun berhasil menikahi Ummu Qais.

Berita tentang pemuda itu pun sampai ke telinga Nabi. Lalu beliau menanggapinya dengan bersabda, Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya tiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Barang siapa hijrahnya karena (ingin mendapat keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (akan dinilai sebagaimana) yang dia niatkan (HR. Bukhari-Muslim).

Sabda Rasulullah di atas secara umum menggambarkan bagaimana amal perbuatan manusia akan dibalas sesuai dengan apa yang diniatkannya. Seorang yang menjadikan ridha Allah dan Rasulullah sebagai pijakan niat dalam berbuat sesuatu, maka Nabi sendiri yang menjamin ia dalam jalur keridhaan Tuhan dan Rasul-Nya. Itu balasan sepadan dengan apa yang diniatkan. Sedangkan, berbuat hal dengan intensi duniawi, maka hanya urusan duniawi itu pulalah yang paling mungkin akan didapatkan. Ia melewatkan tujuan yang lebih mulia, yakni perkenan Tuhan dan utusan-Nya.

Hijrah bukan sekadar perkara perpindahan secara fisik, tapi lebih mendalam dari itu, yakni komitmen, niat murni karena Allah, pengorbanan, ketulusan, dan sebagainya. Itulah mengapa perbuatan pemuda tadi mengejar wanita dan dunia nampak dicela, padahal merupakan dua hal yang diperbolehkan. Di samping itu ia tak menempatkan Tuhan sebagai pelapis utama dari perbuatannya.

Kata al-a’mal dalam permulaan hadis tersebut, dikatakan maknanya adalah amal perbuatan secara umum. Konsekuensinya, jika itu amal ibadah (mahdhah), maka dengan sendirinya ia akan mendapat ganjaran. Adapun jika perbuatan biasa seperti minum, makan, atau tidur, bisa bernilai ibadah dan menghasilkan pahala jika diniatkan untuk mendekatkan diri dan bertakwa kepada Allah. Di sinilah relevansi nyata dari niat, yakni untuk membedakan antara ibadah dengan rutinitas (kebiasaan).

Secara etimologi, niat berarti menyengaja. Dalam konteks ibadah sendiri, niat adalah pembeda satu ibadah dengan ibadah yang lain. Seperti halnya membedakan satu ibadah fardhu dengan fardhu lainnya, atau suatu amalan fardhu dengan sunnah.

Peristiwa khusus tadi menjadi dasar dari hadis yang posisinya amat sentral dalam ajaran Islam. Niat adalah bagian dari iman karena merupakan pekerjaan hati. Para ulama saling mengemukakan beragam pemikirannya untuk menggambarkan keistimewaan hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Umar bin Khaththab ini. Ada yang menyebutnya sepertiga ilmu, seperempat, ada pula yang menilainya seperlima ilmu. Dalam permulaan karyanya, banyak ulama yang menyertakan hadis ini, seperti halnya Imam Bukhari. Keberadaan hadis niat di awal sebuah buku diharapkan dapat menjadi peringatan sekaligus pengingat bagi para pelajar untuk meluruskan niat dalam belajar.

Menurut Imam Syafi’i hadis ini adalah sepertiga agama, sebab amal perbuatan manusia dilakukan dengan hati, ucapan (lisan), dan anggota badan. Dan niat merupakan salah satu aktivitas dari ketiganya yang justru paling signifikan. Sebab niat bisa menjadi ibadah yang berdiri sendiri. Disebutkan dalam hadis, bahwa saat seseorang berniat melakukan kebaikan tapi belumlah ia lakukan, pahala kebaikan tetap dicatat baginya. Di lain riwayat juga dikatakan, bahwa Niat seorang mukmin lebih utama dari perbuatannya (HR. Al-Baihaqi).

Kisah Muhajir Ummu Qais mengingatkan kita untuk senantiasa meluruskan niat. Kehadiran niat sendiri otomatis penting bagi suatu amal perbuatan. Bahkan saking istimewanya, perkara yang semula biasa dapat bernilai ibadah manakala niat mengambil peran di sana. Bisa dikatakan rugi jika melakukan sesuatu terhenti pada motif duniawi saja, karena tujuan tertinggi adalah Allah dan keridhaan-Nya. Ketika melakukan amal perbuatan dengan niat mengharap perkenan Tuhan, tujuan dunia pasti turut serta. Tapi tidak sebaliknya. Wallahu a’lam.

Selasa, 29 November 2022

KISAH HIJRAH UMMUL MUMININ


KISAH HIJRAH - Ummul-Mu`minîn Ummu Salamah[1] Radhiyallahu anhuma mengisahkan: “Ketika Abu Salamah berniat hijrah ke Madînah, ia Radhiyallahu anhu mempersiapkan untanya untukku. Dia membawaku dan anakku, Salamah, di atas unta itu. Kemudian membawaku keluar dengan menuntun untanya. Ketika orang-orang Bani al-Mughîrah[2] bin ‘Abdillah bin Amr bin Makhzûm melihatnya, serta merta mereka menyusulnya seraya berseru: ‘Masalah dirimu, itu urusanmu, tetapi bagaimana dengan wanita kami ini? Dengan alasan apa kami membiarkan engkau membawanya?’.”

Ummu Salamah Radhiyallahu anhumamengisahkan: “Lalu mereka merebut tali kekang unta dari tangan Abu Salamah Radhiyallahu anhudan merebutku darinya. Seketika itu juga, Bani ‘Abdil-Asad, keluarga dekat Abu Salamah marah. Mereka berkata: ‘Demi Allah, kami tidak akan membiarkan anak kami ini (maksudnya Salamah) bersama Ummu Salamah, karena kalian telah merebut Ummu Salamah dari tangan kawan kami ini (maksudnya Abu Salamah)’. Akhirnya mereka pun memperebutkan anakku Salamah. Sampai akhirnya, Bani al-Mughîrah menyerah. Bani ‘Abdil-Asad pergi membawa anakku. Sedangkan aku ditahan oleh Bani al- Mughîrah. Akhirnya, Abu Salamah pun berangkat ke Madînah seorang diri”.

Ummu Salamah berkata: “Aku terpisah dengan suami dan anakku”.

Sejak itulah Ummu Salamah sangat merasakan kesedihan. Setelah terpisah dari sang anak dan sang suami yang sudah berangkat hijrah, Ummu Salamah pergi ke al-Abthah. Disana ia menumpahkan kesedihannya, menangis sampai sore hari. Ini dilakukan setiap hari. Hingga setelah satu tahun berlalu, ada salah seorang anak pamannya yang merasa iba kepadanya, lalu ia pun berkata kepada Bani al-Mughîrah: “Tidakkah kalian melepaskan wanita malang ini? Kalian telah memisahkannya dengan anak dan suaminya”.

Mendengar penuturan ini, lalu Bani al-Mughîrah mengatakan kepada Ummu Salamah: “Jika engkau mau, susullah suamimu?”

Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma mengisahkan: “Dan saat itu, Bani al-Asad mengembalikan anakku. Aku kemudian mempersiapkan unta. Aku berangkat menuju Madînah seorang diri.[3] Tidak ada seorangpun yang menemaniku kecuali anakku.

Ketika sampai di daerah Tan’im, Ummu Salamah berjumpa dengan ‘Utsmân bin Thalhah bin Abu Thalhah bin Abi Thalhah. Dia bersedia mengantarkan Ummu Salamah sampai di Madînah. Maka berangkatlah Ummu Salamah ke Madînah ditemani oleh ‘Utsmân bin Thalhah. Saat ‘Utsman melihat perkampungan Bani ‘Amr bin ‘Aud di Quba’, dia berkata: “Suamimu berada di kampung ini. Masuklah dengan barakah dari Allah!” Kemudian ‘Utsmân bin Thalhah pun kembali ke Makkah [4]. Akhirnya Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma bisa berkumpul lagi dengan Abu Salamah.

Referensi : https://almanhaj.or.id/2603-kisah-hijrah-beberapa-sahabat.html


Senin, 21 November 2022

ANAK PUNK BAGIKAN CERITA KISAH HIJRAHNYA MENDALAMI ISLAM


Seorang pemuda penuh tato baru-baru ini menjadi sorotan di media sosial Tiktok, setelah menceritakan kisah hijrah yang dialaminya. Dalam video yang diunggah di akun @terdalam_ itu terlihat seorang remaja yang diketahui bernama Yuda tengah mengenakan pakaian gamis serta peci putih, sembari menunjukkan tato yang ada di sekujur lengan, punggung hingga wajahnya 9nagapoker.

Usut punya usut, ia mulai ditato saat usianya menginjak 12 tahun, ketika itu bagian bawah mata merupakan tato pertamanya. Dalam keterangan yang dimuat di Instagram @smart.gram, Yuda juga diketahui merupakan seorang muadzin di sebuah masjid di video tersebut.

“waktu itu lulus SD, tato pertama di sini (bagian bawah mata). Selanjutnya di belakang, sini (lengan kiri), terus ke muka” kata Yuda di video yang diunggah pada 4 Januari 2021 itu.

Kisahnya begitu menyentuh hati pengguna media sosial, hingga video tersebut viral dan berhasil ditonton sebanyak 6 juta views. Berikut kisah selengkapnya:

Sempat Kabur Dari Pondok Pesantren dan Jadi Anak Punk

Berdasarkan video singkat itu, Yuda menyebut jika dirinya pernah disekolahkan di pondok pesantren oleh orang tuanya setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Namun di masa itu dirinya merasa tak sejalah, akhirnya ia memutuskan kabur dari pondok pesantren.

Selama delapan tahun, Yuda pun memberanikan diri hidup di jalan. Ia merasakan berbagai pengalaman menjadi seorang anak punk hingga ia pun memutuskan untuk kembali ketika dirinya berusia 20 tahun Idngoal.

“Saya ngepunk di jalan bingung, kok begini terus. Sudah lewati banyak pengalaman termasuk lihat teman meninggal,” katanya seperti dikutip di akun Instagram @statusfakta.

Mantap Berhijrah di Hadapan Om

uda sendiri diketahui di dalam video ia sempat berbicara kepada om nya ketika ia mantap untuk berhijrah dari anak punk di jalan. Ia pun saat ini tengah menekuni ilmu dakwah, keinginannya tersebut dia tuturkan berasal dari dalam diri, tanpa ada yang memaksa.

“Nggak ada, nggak ada yang maksa saya buat kenal dakwah. Akhirnya saya bilang ke om saya, om saya pengen hijrah. Pengen ngilangin capek di jalan” katanya sembari lirih.

Ia juga sempat merasakan penyesalan akibat tatonya, namun diirinya tetap istiqomah di jalan agama yang saat ini ia tekuni. Selain itu Yuda juga berharap agar sang ayah segera sembuh dari penyakit stroke nya.

“Semua orang itu ada penyesalan kalo nato, tapi kalo lama-lama kita sesali apa kita bisa ngilangin tato kita dengan penyesalan?.” katanya

“Doa terdekat nya ya selalu doain orang tua sih yang lagi sakit. Semoga diberi kesehatan, diberi kesembuhan” tandasnya betcepat.